JEJAK KOTA KAWALI DALAM SEJARAH KERAJAAN SUNDA-GALUH
Kawali dalam Naskah Carita Ratu Pakuan
Pada abad ke-13 di timur muncul kota baru yang makin mendesak kedudukan
Galuh dan Saunggalah, yaitu Kawali. Lokasi Kawali berada di wilayah
yang strategis, karena berada di tengah segitiga Galunggung, Saunggalah
dan Galuh. Sejak abad XIV ini Galuh selalu disangkut pautkan dengan
Kawali, bahkan dua orang Raja Sunda dipusarakan di Winduraja (sekarang
bertetangga desa dengan Kawali).
Gejala pengalihan pusat
pemerintahan sudah nampak pada masa pemerintahan Prabu Ragasuci (1297 –
1303). Ketika naik tahta menggantikan ayahnya (Prabu Darmasiksa), ia
tetap memilih Saunggalah sebagai pusat pemerintahan, karena ia sendiri
sebelumnya telah lama berkedudukan sebagai raja di timur.
Tetapi pada masa pemerintahan puteranya, yakni Prabu Citraganda, Pakuan menjadi pusat pemerintahan.
Ragasuci bukan putera mahkota karena kedudukanya itu dijabat kakaknya
Rakeyan Jayadarma. Menurut Naskah Wangsakerta: “Pustakan Rajya-rajya i
Bhumi Nusantara parwa II sarga 3” (tetapi sangat disayangkan Naskah
Wangsakerta ini diragukan nilai akurasi sejarahnya):
Jayadarma
adalah menantu Mahisa Campaka di Jawa Timur karena ia berjodoh dengan
Dyah Singamurti alias Dyah Lembu Tal. Mereka berputera Sang Narararya
Sanggaramawijaya atau lebih dikenal dengan nama Raden Wijaya (lahir di
Pakuan). Karena Jayadarma wafat dalam usia muda, Lembu Tal tidak
bersedia tinggal lebih lama di Pakuan. Akhirnya Wijaya dan ibunya
diantarkan ke Jawa Timur. Dalam Babad Tanah Jawi, Wijaya disebut pula
Jaka Susuruh dari Pajajaran yang kemudian menjadi Raja Majapahit yang
pertama. Kematian Jayadarma mengosongkan kedudukan putera mahkota karena
Wijaya berada di Jawa Timur.
Prabu Darmasiksa kemudian menunjuk
putera Prabu Ragasuci sebagai calon ahli warisnya yaitu Citraganda. Permaisuri Ragasuci adalah Dara Puspa (Puteri Kerajaan
Melayu) adik Dara Kencana isteri Kertanegara.
Citraganda tinggal di
Pakuan bersama kakeknya. Ketika Prabu Darmasiksa wafat, untuk sementara
ia menjadi raja daerah selama 6 tahun di Pakuan (ketika itu Raja Sunda
dijabat ayahnya di Saunggalah). Dari 1303 sampai 1311, Citraganda
menjadi Raja Sunda di Pakuan, ketika wafat ia dipusarakan di Tanjung.
Prabu Lingga Dewata (putera Citraganda) mungkin berkedudukan di Kawali.
Yang pasti, Prabu Ajiguna Linggawisesa (1333 – 1340), menantunya sudah
berkedudukan di Kawali. Sampai tahun 1482 pusat pemerintahan tetap
berada di Kawali. Bisa disebut bahwa tahun 1333 – 1482 adalah Jaman
Kawali. Didalam sejarah pemerintahan di Jawa Barat mengenal adanya lima
orang raja.
Nama Kawali terabadikan dalam dua buah prasasti batu
peninggalan Prabu Raja Wastu yang tersimpan di “Astana Gede ” Kawali.
Prasasti tersebut menegaskan “mangadeg di kuta Kawali” (bertahta di kota
Kawali) dan keratonnya yang disebut Surawisesa dalam Naskah Carita Ratu
Pakuan yang ditulis oleh kai Raga dari Srimanganti – Cikuray dijelaskan
sebagai “Dalem sipawindu hurip” (keraton yang memberikan ketenangan
hidup). Cuplikan dari Carita Ratu Pakuan tersebut, sebagai berikut:
dicariatekun ngambetkasi
kadeungeun sakamaruan
bur payung agung nagawah tugu
nu sahur manuk sabda tunggal
nu deuk mulih ka pakuan
saundur ti dalem timur
kadaton wetan buruhan
si mahut putih gede manik
maya datar ngaranna
sunijalaya ngaranna
dalem sri kencana manik
bumi ringit cipta ririyak
di sanghyang pandan larang
dalem si pawindu hurip
(Tersebutlah ngabetkasih
Bersama madu-madunya
bergerak payung kebesaran melintas tugu
yang seia dan sekata
hendak pulang ke Pakuan (Bogor)
Kembali dari keraton di Timur (Kawali-Ciamis)
Halaman Cahaya putih induk permata
Cahaya datar namanya
Keraton berseri emas permata
Rumah berukir lukisan alun
si sangiang pandan larang
keraton penenang hidup)
Nama kraton “sipawindu hurip” jika dikaitkan dengan prasasti Kawali
disebut Surawisesa. Prasasti Kawali 1 ini yang sebenarnya merupakan
bukti otentik bahwa Sunda pernah beribukota di Kawali.
Kawali sebagai pusat pemerintahan Sunda ditegaskan pula didalam Pustaka Nusantara II/2, dengan kalimat:
katatwa pratista sang prabu wastu kancana haneng surawisesa kadatwan.
pinaka kithagheng rajya kawali wastanya. ring usama nira mangadeg dumadi
mahaprabu rikung juga
(Persemayaman Sang Prabu Wastu Kancana
adalah keraton Surawisesa. Ibukota kerajaannya bernama Kawali. Pada masa
sebelumnya, ayahnya pun bertahta sebagai maharaja di situ).
Dari
adanya Prasasti Kawali 1, para ahli sejarah Sunda kuna pada umumnya
bersepakat, bahwa: “Dengan demikian pengertian Galuh dan Sunda antara
1333 – 1482 M harus dihubungkan dengan Kawali walaupun di Pakuan tentu
ada seorang penguasa daerah. Keraton Galuh sudah ditinggalkan atau
fungsinya sebagai tempat kedudukan pemerintah pusat sudah berakhir”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar