Selamat datang di Blog kami, semoga bermanfaat

Senin, 23 Desember 2013

JEJAK KOTA KAWALI DALAM SEJARAH KERAJAAN SUNDA-GALUH


Kawali dalam Naskah Carita Ratu Pakuan

Pada abad ke-13 di timur muncul kota baru yang makin mendesak kedudukan Galuh dan Saunggalah, yaitu Kawali. Lokasi Kawali berada di wilayah yang strategis, karena berada di tengah segitiga Galunggung, Saunggalah dan Galuh. Sejak abad XIV ini Galuh selalu disangkut pautkan dengan Kawali, bahkan dua orang Raja Sunda dipusarakan di Winduraja (sekarang bertetangga desa dengan Kawali).
Gejala pengalihan pusat pemerintahan sudah nampak pada masa pemerintahan Prabu Ragasuci (1297 – 1303). Ketika naik tahta menggantikan ayahnya (Prabu Darmasiksa), ia tetap memilih Saunggalah sebagai pusat pemerintahan, karena ia sendiri sebelumnya telah lama berkedudukan sebagai raja di timur.
Tetapi pada masa pemerintahan puteranya, yakni Prabu Citraganda, Pakuan menjadi pusat pemerintahan.
Ragasuci bukan putera mahkota karena kedudukanya itu dijabat kakaknya Rakeyan Jayadarma. Menurut Naskah Wangsakerta: “Pustakan Rajya-rajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3” (tetapi sangat disayangkan Naskah Wangsakerta ini diragukan nilai akurasi sejarahnya):
Jayadarma adalah menantu Mahisa Campaka di Jawa Timur karena ia berjodoh dengan Dyah Singamurti alias Dyah Lembu Tal. Mereka berputera Sang Narararya Sanggaramawijaya atau lebih dikenal dengan nama Raden Wijaya (lahir di Pakuan). Karena Jayadarma wafat dalam usia muda, Lembu Tal tidak bersedia tinggal lebih lama di Pakuan. Akhirnya Wijaya dan ibunya diantarkan ke Jawa Timur. Dalam Babad Tanah Jawi, Wijaya disebut pula Jaka Susuruh dari Pajajaran yang kemudian menjadi Raja Majapahit yang pertama. Kematian Jayadarma mengosongkan kedudukan putera mahkota karena Wijaya berada di Jawa Timur.
Prabu Darmasiksa kemudian menunjuk putera Prabu Ragasuci sebagai calon ahli warisnya yaitu Citraganda. Permaisuri Ragasuci adalah Dara Puspa (Puteri Kerajaan Melayu) adik Dara Kencana isteri Kertanegara.
Citraganda tinggal di Pakuan bersama kakeknya. Ketika Prabu Darmasiksa wafat, untuk sementara ia menjadi raja daerah selama 6 tahun di Pakuan (ketika itu Raja Sunda dijabat ayahnya di Saunggalah). Dari 1303 sampai 1311, Citraganda menjadi Raja Sunda di Pakuan, ketika wafat ia dipusarakan di Tanjung.
Prabu Lingga Dewata (putera Citraganda) mungkin berkedudukan di Kawali. Yang pasti, Prabu Ajiguna Linggawisesa (1333 – 1340), menantunya sudah berkedudukan di Kawali. Sampai tahun 1482 pusat pemerintahan tetap berada di Kawali. Bisa disebut bahwa tahun 1333 – 1482 adalah Jaman Kawali. Didalam sejarah pemerintahan di Jawa Barat mengenal adanya lima orang raja.
Nama Kawali terabadikan dalam dua buah prasasti batu peninggalan Prabu Raja Wastu yang tersimpan di “Astana Gede ” Kawali. Prasasti tersebut menegaskan “mangadeg di kuta Kawali” (bertahta di kota Kawali) dan keratonnya yang disebut Surawisesa dalam Naskah Carita Ratu Pakuan yang ditulis oleh kai Raga dari Srimanganti – Cikuray dijelaskan sebagai “Dalem sipawindu hurip” (keraton yang memberikan ketenangan hidup). Cuplikan dari Carita Ratu Pakuan tersebut, sebagai berikut:

dicariatekun ngambetkasi
kadeungeun sakamaruan
bur payung agung nagawah tugu
nu sahur manuk sabda tunggal
nu deuk mulih ka pakuan
saundur ti dalem timur
kadaton wetan buruhan
si mahut putih gede manik
maya datar ngaranna
sunijalaya ngaranna
dalem sri kencana manik
bumi ringit cipta ririyak
di sanghyang pandan larang
dalem si pawindu hurip

(Tersebutlah ngabetkasih
Bersama madu-madunya
bergerak payung kebesaran melintas tugu
yang seia dan sekata
hendak pulang ke Pakuan (Bogor)
Kembali dari keraton di Timur (Kawali-Ciamis)
Halaman Cahaya putih induk permata
Cahaya datar namanya
Keraton berseri emas permata
Rumah berukir lukisan alun
si sangiang pandan larang
keraton penenang hidup)

Nama kraton “sipawindu hurip” jika dikaitkan dengan prasasti Kawali disebut Surawisesa. Prasasti Kawali 1 ini yang sebenarnya merupakan bukti otentik bahwa Sunda pernah beribukota di Kawali.
Kawali sebagai pusat pemerintahan Sunda ditegaskan pula didalam Pustaka Nusantara II/2, dengan kalimat:
katatwa pratista sang prabu wastu kancana haneng surawisesa kadatwan. pinaka kithagheng rajya kawali wastanya. ring usama nira mangadeg dumadi mahaprabu rikung juga
(Persemayaman Sang Prabu Wastu Kancana adalah keraton Surawisesa. Ibukota kerajaannya bernama Kawali. Pada masa sebelumnya, ayahnya pun bertahta sebagai maharaja di situ).
Dari adanya Prasasti Kawali 1, para ahli sejarah Sunda kuna pada umumnya bersepakat, bahwa: “Dengan demikian pengertian Galuh dan Sunda antara 1333 – 1482 M harus dihubungkan dengan Kawali walaupun di Pakuan tentu ada seorang penguasa daerah. Keraton Galuh sudah ditinggalkan atau fungsinya sebagai tempat kedudukan pemerintah pusat sudah berakhir”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar